Skip to main content

Posts

Bentuk Bahagia

  Gue sedang berada di sebuah coffee shop berlokasi di dekat rumah gue. Gue terbilang sering ke tempat ini entah hanya untuk bertemu dan ngobrol dengan teman-teman gue atau numpang buka laptop. Sore ini, gue berniat melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan, jadi gue membawa laptop. Nggak lupa gue juga hubungin teman-teman gue via whatsapp siapa tahu mereka ingin bergabung. Biasanya kalau sudah agak malam baru kita ngobrol-ngobrol. Sambil membuka tab job portal , gue juga sambil iseng buka quora sekedar cari insight , atau menikmati tulisan-tulisan dari banyak orang. Lalu ada satu pertanyaan yang telah dijawab oleh quoranian yang membuat gue akhirnya menulis ini, yaitu tentang bagaimana laki-laki bisa bucin terhadap pasangannya. Kata kunci, bucin. Iya, bucin. Dengan melihat kata bucin, gue langsung teringat diri gue yang memang tergolong bucin ketika menjalin sebuah hubungan dengan seseorang. Karena prinsip gue ketika mencintai seseorang, gue akan memberi seluruh hati gue, diri gue
Recent posts

Satu Apresiasi

Dengan rezeki yang berbeda kita terlahir Aku dan timbaan air sumur untuk mencuci Kau dan telepon genggam terbaru pada masa itu Satu hal tentangmu, bagaimana kau berproses dan terbentuk Berdiri, tetap berpijak dan berdamai dengan situasi Ketika indah memilih berpaling setelah lama berpihak Semesta mendewasakanmu, melepas ikatan ketergantungan Mencerai-berai kebodohan masa muda Kau tumbuh, bersama dirimu yang susah payah kau atur Kembali hidup, setelah memilih sementara redup Tak protes karena sepiring nasi untuk sehari Hingga sibuk membahagiakan orang-orang terkasih Kau selalu lebih hebat dari apa yang kau ceritakan Dan untuk menilaimu tak butuh waktu sewindu Tegak, memandang dan menertawai kepiluan Bermetamorfosis menjadi rajawali dengan sayap kokohmu Lalu hati, bagian dari dirimu yang selalu ingin kuselami Ia melahirkan kau beserta segala ketulusanmu Menjagamu tetap hangat, ketika amarah hendak berkuasa Mencerminkan seutuhnya dirimu ta

Mei, 2019

Keenggananku berhenti mencintai tak kunjung angkat kaki Indah, pada matamu aku menelusuri arti diriku yang berdiri dengan sepotong roti Waktu tidak akan pernah terulang, kata orang Maka aku ingin sungguh-sungguh menikmati segalanya--tiap langkah yang membawa kita bertemu, serta sakit jika mungkin semesta akhirnya memilih tak merestui Aku pecandu segala hal tentangmu Izinkan aku terus Terus mengucap doa hingga kita benar-benar bersama tiap malam Hingga aku berulang kali menyaksikan sinar matahari menyentuh sebelah kanan wajahmu tiap pagi Aku mengagumi Seni Tuhan mencipta rasa pada tiap hati manusia Aku mengagumi Seni Tuhan dalam mencipta versi terbaik dirimu

Surat Untukmu

Aku bukanlah perempuan yang akan mengatakan “ya” saat diberi opsi untuk menjalin hubungan jarak jauh. Namun denganmu, aku benar-benar mempertimbangkannya. Merubuhkan tembokku sendiri, memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang bagiku cukup sulit. Ucapanmu saat itu membuatku yakin, bahwa mungkin ini opsi yang harus kupilih. Asal bersamamu, pikirku. Hubungan yang kini kujalani bersamamu merupakan sebuah pembelajaran bagiku tentang bagaimana mendewasakan diri. Tentang bagaimana pentingnya saling percaya dan menjaga komunikasi. Tentang bagaimana pentingnya membiarkanmu menyelesaikan kesibukanmu, melakukan aktivitasmu, hingga mengijinkanmu tetap bermain bersama teman-temanmu. Aku sungguh berterima kasih kepada sosokmu yang sabar membentukku menjadi lebih baik. Yang tak meninggalkan walau berulang kali aku melakukan kesalahan. Tanganmu masih tetap bisa kuraih, dan langkahmu tak sedikitpun mendahuluiku. Kamu membuatku begitu mencintaimu dengan tutur katamu, dengan dirimu yang siag

Mencintai Ketidaksempurnaan

Hari ini cukup melelahkan. Mulai dari bangun kesiangan, tidak sempat sarapan dan hanya membeli kopi sachet di warung depan rumah kemudian menyeduhnya di kantor. Pekerjaan pun menumpuk dan aku sedikit menyesali mengapa dua hari lalu aku membiarkannya tergeletak di atas meja. Belum lagi Bosku yang sepertinya sedang datang bulan, dari awal ia menginjakkan kaki di kantor, mulutnya tak pernah berhenti meneriaki karyawannya. Bahkan office boy yang sedang menyapu lantai dengan damainya pun terkena semburan amarahnya. Setelah menyelesaikan pekerjaan, aku memutuskan untuk pulang dengan taksi online . Kini sudah pukul sepuluh malam, dan badanku terasa sangat pegal. Aku berbaring di atas ranjang yang cukup untuk ditiduri tiga orang, dengan sprei berwarna putih. “Kamu capek banget, ya?” tanya seorang laki-laki yang sudah lebih dahulu mengisi ranjang ini. “Iya, Mas. Hari ini kerjaan kantorku banyak, bos juga ngomel-ngomel terus.” Laki-laki dengan aroma cendana di sampingku membalikkan

Ketika Aku Mencintai Seseorang Nanti

Ketika aku mencintai seseorang nanti, mungkin saja dia adalah laki-laki yang belum sama langkahnya denganku, mungkin saja dia masih satu langkah di belakangku. Aku tidak mengatakan ia tertinggal, ia hanya belum mengalami apa yang sudah kualami. Bukannya kita selalu begitu? Selalu ada satu orang atau bahkan lebih yang berada beberapa langkah di depan kita perihal pengalaman dalam hidup. Dan bila itu terjadi padaku, aku akan benar-benar meraih tangannya. Aku tidak membiarkannya sendiri mengejarku, mengejar pencapaianku. Mungkin aku takkan banyak berbicara kepadanya mengenai ini, aku hanya terus membawanya, mengajarinya banyak hal, memperkenalkannya dengan sesuatu yang baru. Mari kita mulai dengan yang sederhana. Mungkin seseorang yang aku cintai nanti hanya pernah makan di restoran cepat saji dan ketika aku mengajaknya makan di sebuah restoran yang jauh lebih mewah, aku tidak akan membiarkannya kebingungan membaca menu berbahasa asing—yang walaupun dia tahu artinya—dan me