Skip to main content

Mei, 2019


Keenggananku berhenti mencintai tak kunjung angkat kaki
Indah, pada matamu aku menelusuri arti diriku yang berdiri dengan sepotong roti
Waktu tidak akan pernah terulang, kata orang
Maka aku ingin sungguh-sungguh menikmati segalanya--tiap langkah yang membawa kita bertemu, serta sakit jika mungkin semesta akhirnya memilih tak merestui
Aku pecandu segala hal tentangmu
Izinkan aku terus
Terus mengucap doa hingga kita benar-benar bersama tiap malam
Hingga aku berulang kali menyaksikan sinar matahari menyentuh sebelah kanan wajahmu tiap pagi
Aku mengagumi
Seni Tuhan mencipta rasa pada tiap hati manusia
Aku mengagumi
Seni Tuhan dalam mencipta versi terbaik dirimu

Comments

Popular posts from this blog

Bentuk Bahagia

  Gue sedang berada di sebuah coffee shop berlokasi di dekat rumah gue. Gue terbilang sering ke tempat ini entah hanya untuk bertemu dan ngobrol dengan teman-teman gue atau numpang buka laptop. Sore ini, gue berniat melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan, jadi gue membawa laptop. Nggak lupa gue juga hubungin teman-teman gue via whatsapp siapa tahu mereka ingin bergabung. Biasanya kalau sudah agak malam baru kita ngobrol-ngobrol. Sambil membuka tab job portal , gue juga sambil iseng buka quora sekedar cari insight , atau menikmati tulisan-tulisan dari banyak orang. Lalu ada satu pertanyaan yang telah dijawab oleh quoranian yang membuat gue akhirnya menulis ini, yaitu tentang bagaimana laki-laki bisa bucin terhadap pasangannya. Kata kunci, bucin. Iya, bucin. Dengan melihat kata bucin, gue langsung teringat diri gue yang memang tergolong bucin ketika menjalin sebuah hubungan dengan seseorang. Karena prinsip gue ketika mencintai seseorang, gue akan memberi seluruh hati gue, diri gue

Omegle

            Selamat malam!             Good evening!             Guten Nacht!             Apa lagi? Udah, tiga aja deh ya sapaannya. Kangen nggak sama gue? Nggak ya, pasti? Fix, gue kepedean. Okay, langsung aja ya ke ceritanya.             Omegle. Wih, hahaha dari judulnya aja udah bikin lo mikir, “cailah, anak omegle.” Ya, nggak? Di sini gue mau bahas pengalaman gue saat video chatting di omegle. Gue nggak tau post kali ini bakalan seru apa nggak, tapi makasih banget kalau lo emang mau baca post ini sampai akhir. Let’s start!             Gue kenal omegle itu sekitar kelas 1 SMP. Iya, kayaknya. Dulu gue buka omegle di kelas, sama anak 7-6. Kita ngebajak komputer kelas, nyalain infocus. Yah, pokoknya gitu lah. Lampu segala dimatiin biar suasananya remang-remang seru gitu, kan. Gue ingat banget awalnya kita nggak pakai interest apa-apa (kalau lo suka buka omegle, lo pasti tau). Setelah klik video, nyalain webcam, kita nungguin. Dan tiba-tiba.... JENG! Bule ganteng. Oke, gue ul

Ajari Aku

Setelah malam yang begitu panjang, kukira fajar adalah yang kutunggu Kupikir gusar bisa hilang dengan sendirinya Ternyata rindu tak bisa pergi begitu saja Aku telah kehilangan ia, yang tak mencintaiku sejak pertemuan pertama Nafsu dunia mengajarkanku sesuatu yang nyata Sedetik saja hasrat memeluk, air mata melepas diri dengan mudahnya Kehilangan ia tak pernah kupersiapkan Terbayang saja tidak ketika ijab-kabul telah sah sepenuhnya Karena akhirnya takdir yang berbicara Tak memiliki, namun kehilangan berkali-kali Ajari aku mengobati hati yang kelukur agar kembali genap Ajari aku mengikhlaskan tuan dalam sukma