Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Mencintai Ketidaksempurnaan

Hari ini cukup melelahkan. Mulai dari bangun kesiangan, tidak sempat sarapan dan hanya membeli kopi sachet di warung depan rumah kemudian menyeduhnya di kantor. Pekerjaan pun menumpuk dan aku sedikit menyesali mengapa dua hari lalu aku membiarkannya tergeletak di atas meja. Belum lagi Bosku yang sepertinya sedang datang bulan, dari awal ia menginjakkan kaki di kantor, mulutnya tak pernah berhenti meneriaki karyawannya. Bahkan office boy yang sedang menyapu lantai dengan damainya pun terkena semburan amarahnya. Setelah menyelesaikan pekerjaan, aku memutuskan untuk pulang dengan taksi online . Kini sudah pukul sepuluh malam, dan badanku terasa sangat pegal. Aku berbaring di atas ranjang yang cukup untuk ditiduri tiga orang, dengan sprei berwarna putih. “Kamu capek banget, ya?” tanya seorang laki-laki yang sudah lebih dahulu mengisi ranjang ini. “Iya, Mas. Hari ini kerjaan kantorku banyak, bos juga ngomel-ngomel terus.” Laki-laki dengan aroma cendana di sampingku membalikkan

Ketika Aku Mencintai Seseorang Nanti

Ketika aku mencintai seseorang nanti, mungkin saja dia adalah laki-laki yang belum sama langkahnya denganku, mungkin saja dia masih satu langkah di belakangku. Aku tidak mengatakan ia tertinggal, ia hanya belum mengalami apa yang sudah kualami. Bukannya kita selalu begitu? Selalu ada satu orang atau bahkan lebih yang berada beberapa langkah di depan kita perihal pengalaman dalam hidup. Dan bila itu terjadi padaku, aku akan benar-benar meraih tangannya. Aku tidak membiarkannya sendiri mengejarku, mengejar pencapaianku. Mungkin aku takkan banyak berbicara kepadanya mengenai ini, aku hanya terus membawanya, mengajarinya banyak hal, memperkenalkannya dengan sesuatu yang baru. Mari kita mulai dengan yang sederhana. Mungkin seseorang yang aku cintai nanti hanya pernah makan di restoran cepat saji dan ketika aku mengajaknya makan di sebuah restoran yang jauh lebih mewah, aku tidak akan membiarkannya kebingungan membaca menu berbahasa asing—yang walaupun dia tahu artinya—dan me

Ajari Aku

Setelah malam yang begitu panjang, kukira fajar adalah yang kutunggu Kupikir gusar bisa hilang dengan sendirinya Ternyata rindu tak bisa pergi begitu saja Aku telah kehilangan ia, yang tak mencintaiku sejak pertemuan pertama Nafsu dunia mengajarkanku sesuatu yang nyata Sedetik saja hasrat memeluk, air mata melepas diri dengan mudahnya Kehilangan ia tak pernah kupersiapkan Terbayang saja tidak ketika ijab-kabul telah sah sepenuhnya Karena akhirnya takdir yang berbicara Tak memiliki, namun kehilangan berkali-kali Ajari aku mengobati hati yang kelukur agar kembali genap Ajari aku mengikhlaskan tuan dalam sukma

Tak Abadi

Aku menertawai bagian diriku yang menangisi kepergianmu, Setelah kupikir sekian kali, Untuk apa? Bahkan Romeo-Juliet tak abadi, Bahkan Samson-Delilah tak abadi.