Saat hujan itu, aku mendongakkan kepalaku ke atas
Percikan airnya masuk ke dalam lubang hidungku
Sakit, memang
Tapi tak sesakit dahulu
Ketika kau dan aku masih bersatu
Namun terpisah oleh jarak dan waktu
Kemarau tiba
Ketika seluruh raga gersang
Kering kerontang
Mata air kini banyak dicari
Layaknya kamu
Yang menghadiri tiap pucuk-pucuk sepi
Kalau pelangi itu adalah kamu, maka yang berkata itu
berdusta
Pelangi indahnya lekas pudar, sedang kamu tidak
Kalau aroma kopi itu adalah kamu, maka yang berkata itu
penipu
Sebab kamu tak hanya sesaat kusesap, kamu lebih dari sekedar
kupeluk; kumiliki
Kalau pujangga berbasa-basi tentang cinta, maka mereka itu
bergurau
Bagaimana bisa segalanya kau diberitakan sebagai pemberi
kehampaan?
Kalau ada yang berucap akulah selama-lamanya milikmu, tak
sekalipun ia benar
Sebab aku akan pergi, tinggal alunan rindu yang terdengar
Comments
Post a Comment